Harga Diri Sebuah Pertandingan Derby

Share:
(Foto: Magelang Football)

Siang itu waktu sudah menunjukan pukul 14.30 WIB, beberapa jurnalis punya tugas untuk meliput pertandingan sepakbola antara tuan rumah Persikama Kab. Magelang berhadapan dengan Persitema Temanggung di Stadion Gemilang. Pertandingan ini bisa dibilang “Derby Sumbing” karena kedua daerah ini sangat berdekatan.
Beberapa kelompok jurnalis bergegas mengemasi peralatan memotretnya lalu segera menuju ke tempat pertandingan. Siang itu matahari mencolokkan sinarnya begitu terang hingga udara panas menusuk ke dalam kulit. Mereka memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi, sembari berharap pertandingan belum akan dimulai. Hampir 15 menit menempuh perjalanan menuju ke stadion. Nampak dari kejauhan sudah terlihat keramaian di sepanjang jalan.
Para suporter tampak berkumpul di halaman depan stadion. Pertandingan hari itu berlangsung tanpa suara sorak-sorai dari penonton. Ya, benar saja. Pertandingan hari itu merupakan pertandingan hukuman bagi tuan rumah Persikama. Karena di pekan sebelumnya terjadi kerusuhan yang melibatkan beberapa pemain serta turunnya beberapa suporter ke tengah lapangan. Sehingga membuat tuan rumah Persikama mendapat hukuman larangan menggelar pertandingan dengan penonton sebanyak 2x.
Sesampainya di pintu gerbang stadion, sudah banyak para suporter yang berkumpul di depan stadion guna memberikan suntikan semangat bagi para pemain meski tak berada di tribun stadion. Meski tak diperbolehkan masuk, tapi suporter tetap bernyanyi di depan stadion.
Kendaraanknya berhenti di pintu gerbang stadion karena diberhentikan oleh beberapa polisi yang berjaga disana. “Pak mohon ijin untuk masuk ke dalam stadion guna meliput pertandingan,” ujar Agus, salah satu jurnalis dengan sedikit terbata-bata. Lantas pria berbadan kekar dengan seragam lengkap menatapnya curiga. “Kamu ini siapa,” kata Subagyo, salah satu polisi yang berjaga diantara kerumunan massa itu.
Dengan raut wajah mulai menciut, Agus berusaha menjawab pertanyaan yang diberikannya. “Saya dari media Magelang Football ingin meliput pertandingan sore ini, karena saya sudah meminta ijin kepada ketua Panpel,” ujarnya. “Mana id persmu?” tanya Subagyo dengan wajah menantang. Dia mulai bingung ketika ditanyai soal id pers, karena belum memiliki id pers resmi. Dengan pikiran bingung mencoba tetap tenang sambil menghubungi temannya.
Beberapa menit sibuk dengan handphonenya untuk menghubungi salah satu teman yang berada di dalam. Akhirnya setelah menunggu, Ircham datang menghampirinya dengan gagah. Tak butuh waktu lama untuk bernegosisasi dengan kepolisian.
“Pak ini dari media tolong diberi akses untuk masuk karena sudah mendapatkan ijin dari panpel,” kata Ircham kepada polisi yang berjaga. Lantas polisi tersebut membukakan pintu gerbang dengan ukuran sempit disisi pos satpam. “Ayo cepat! Pertandingan segera dimulai,” teriak Ircham padanya. Lalu bergegaslah mengikuti Ircham menuju ke tribun VIP di sebelah barat.
Setibanya di dalam stadion beberapa jurnalis dan photografer buru-buru menyiapkan kamera dan rompi khusus yang diberikan Panpel kepada mereka. Tak cukup waktu lama, beberapa pemain mulai keluar dari lokerroom dengan wajah gahar penuh semangat dan keyakinan meski di tribun penonton tak satupun orang yang berdiri dengan suara lantang seperti biasanya. Terdengar suara teriakan saling menyemangati satu sama lain.
Beberapa saat kemudian para pemain mulai memasuki lapangan pertandingan, diikuti dengan musik FIFA Anthem yang diputar dengan volume keras hingga mengisi seluruh ruang stadion yang semula penuh kesunyian dan keheningan kini menjadi berisik.
Para pemain mulai menadahkan tangannya keatas ketika akan menginjakkan kaki di garis lapangan. Berdoa dengan penuh penghayatan dan kekhusyukan, berharap mereka-lah yang akan mendapatkan kemenangan di pertandingan pamungkas ini.
Para pemain baris membentuk satu shaf dengan menghadap ke arah barat, memberikan penghormatan kepada para penonton meski di tribun tak ada satupun orang yang berdiri disana. Nampak hanya sebuah formalitas dalam suatu pertandingan resmi kompetisi dibawah naungan dari induk sepakbola Indonesia, PSSI.
Pemain mulai bersalaman satu sama lain, tak terkecuali dengan para wasit yang bertugas. Sebelum dimulai pertandingan, wasit utama memanggil kedua kaptem tim untuk melakukan koin tos terlebih dahulu untuk menentukan tim mana yang memulai pertandingan dengan bola dan tim mana yang berhak memilih tempat.
Photografer berusaha fokus terhadap momen-momen yang terjadi disetiap detiknya agar tidak melewatkan momen tersebut. Setelah memotret tim, photografer tim Persikama dihampiri salah satu photografer milik tim Persitema.
“Kamu mau disebelah mana?” ujarnya. Berhubung Persikama menyerang kearah selatan, photografer tim Persikama spontan saja bilang selatan. Setelah itu photografer tersebut beranjak menuju ke sisi utara, karena Persitema menyerang kearah utara. Mereka sepakat bertukar posisi setelah jeda babak kedua nanti.
Terik matahari sore itu membuat photografer tim Persikama sedikit bergeser kearah barat untuk mendapatkan tempat teduh agar keringat tidak mengucur deras membasahi bajunya. Berdiri sejajar dengan bendera disudut lapangan sembari memperhatikan jalannya pertandingan. Tak berhenti membidik setiap momen yang terjadi diujung lapangan, berharap mendapatkan jepretan yang bagus tanpa harus mengedit foto terlebih dahulu.
Pertandingan dimulai tepat pukul 15.30 WIB dipimpin wasit asal Jawa Barat. Sejak dimulai, kedua tim nampak saling serang melalui berbagai sisi lapangan. Pertandingan berjalan alot dan keras karena kedua tim ngebet menang demi satu tiket ke babak depan besar.
Namun tim tamu berhasil mendikte permainan dari tim tuan rumah, Persikama. Persitema bermain rapih dengan umpan pendek kaki ke kaki. Sedangkan di kubu Persikama belum terlihat organisasi permainannya. Sang juru taktik sibuk berteriak dengan lantang disisi lapangan dengan raut wajah sangar serta kedua tangan menenteng di pinggang. Tanda sang pelatih mulai tidak nyaman melihat pola permainan anak asuhnya yang mulai terus menerus digempur oleh striker dari Persitema.
“Press.. Press.. Jangan takut! Ini rumah kita.” teriak sang pelatih dari sisi lapangan. Sang pelatih menginstruksikan anak asuhnya untuk bermain marking man to man kepada lawan. Namun sang pemain tak menggubris suara lantang dari pelatih.
Nampak para pemain tetap fokus pada pertandingan tersebut. Persikama bermain cukup baik pada pertandingan kali ini, sesekali melalui para penyerangnya Persikama mampu merepotkan lini belakang Persitema yang bermain cukup solid dan rapih.
Terdengar dari dalam stadion suara yel-yel dan chants yang dinyanyikan para suporter dari tuan rumah Persikama. Jumlahnya pun tak sedikit, mereka berkumpul dan bernyanyi untuk mendukung tim Persikama meski mereka tidak berdiri di tribun penonton. Suara lantang dari suporter nampaknya tak memberi efek positif pada permainan Persikama.
Memasuki pertengahan babak pertama Persikama mulai tampil keluar menyerang. Kini giliran Persitema yang terus diserang oleh skuad asuhan Coach Siswanto. Persikama menyerang dari berbagai sisi pertahanan milik Persitema. Beberapa serangan yang dilancarkan para pemain Persikama mampu merepotkan lini pertahanan dari Persitema.
Dalam pertandingan ini terjadi juga beberapa pelanggaran keras yang melibatkan beberapa pemain dalam dua tim. Meski bermain terbuka dan banyak terjadi peluang namun Persitema maupun Persikama tak mampu menceploskan gol sebagai pemecah kebuntuan di separuh babak yang pertama.
Babak pertama usai, sang photografer menepi dari lapangan mencari tempat sejuk sembari mengelap beberapa tetes keringat yang mengucur didahinya. Tenggorokan terasa kering dan bingung untuk mendapatkan seteguk air minum untuk membasahi tenggorokannya yang sudah mengering sejak tadi.
Meski hanya memperhatikan pertandingan dari sisi lapangan, tapi bisa memaksimalkan pandangannya ke searah penjuru mata angin. Tak sengaja melihat satu orang berdiri di pagar tembok sebelah utara gawang. Lelaki bertubuh gempal tersebut dengan percaya dirinya sejak tadi memperhatikan permainan kedua tim melalui tembok tersebut. Tak banyak orang yang tahu aksi pemuda tersebut, sebelum ditegur langsung oleh pengawas pertandingan melalui speaker yang tersedia di stadion.
“Mohon perhatian bagi yang memanjat pagar stadion dimohon untuk segera turun,” ujar pengawas pertandingan melalui pengeras suara yang ada di stadion. Dengan segera, pemuda itu langsung menuruni pagar dan tidak tampak lagi dari dalam stadion tersebut. Karena pertandingan ini bersifat tanpa penonton, maka tak boleh satu pun penonton yang boleh melihat pertandingan ini.
Termasuk dari keluarga para pemain juga tidak boleh melihat pertandingan melalui tribun. Hanya terlihat beberapa anggota kepolisian dan tentara yang ikut berjaga di tribun stadion sisi barat maupun timur.
Beberapa menit menunggu pertandingan dimulai, akhirnya para pemain mulai memasuki lapangan pertandingan. Bergegaslah untuk beranjak dari tempat singgahnya tadi. Photografer berjalan menuju sisi selatan lapangan, dan mencari tempat terbaik untuk memotret pertandingan. Tanpa pikir lama, lalu duduk di ujung pojok dari lapangan. Nampak matahari masih bersinar terang hingga membuatku sedikit terpapar sinar matahari.
Diawal pertandingan babak kedua, kedua tim memiliki inisiatif untuk melakukan serangan. Kedua tim berambisi untuk lolos ke fase delapan besar. Beberapa serangan dari Persitema mampu merepotkan barisan pertahanan dari Persikama.
Tak butuh waktu lama bagi Persitema. Di pertengahan babak kedua, Syukur mencetak gol ciamik melalui tendangan setengah volley-nya. Menghujam masuk kedalam gawang Persikama yang dijaga Refi Jaelani. Jajaran pelatih Persitema lantas bersorak kegirangan, disisi lain nampak bench Persikama mulai terdiam. Para staf pelatih serta pemain cadangan mulai tertunduk lesu pasca gol tercipta.
Selang beberapa menit, wasit meniupkan peluit pertanda akhirnya pertandingan tersebut. Persikama harus kecewa karena tak mampu meraih kemenangan. Para pemain Persikama dengan baju basah bercucuran keringat serta kulit yang mulai menghitam legam karena paparan matahari yang amat terik mulai berjalan lesu menuju lokkerroom. Berjalan lemas sambil mendayu-dayu disertai beberapa tetesan air mata dari pemain yang menetes membasahi pipi.
Bukti perjuangan selama hampir dua bulan menjalani kompetisi akhirnya berakhir kecewa. Para staf pelatih berusaha menguatkan serta memberikan motivasi berlipat ganda agar para pemain mau menerima kenyataan buruk ini. “Kita kecewa, tapi memang kenyataan ini harus kita terima,” ujar Manajer tim Persikama menutup brifing akhir di sisi lapangan. (atw)

Tidak ada komentar